Selasa, 14 Desember 2010

Jangan Putus Asa Kemudian Berniat Jahat! Karena Tangan Anda Bisa Bicara

                   Kufur Nikmat atau sikap yang masih saja kurang mensyukuri hidup pemberian Allah, ujung – ujungnya adalah Keputusasaan. Sedangkan tidak dipungkiri bahwa keputusasaan atau Stress seringkali terjawab dengan Niatan–niatan Jahat kepada orang lain. Telah dinyatakan tadi bahwa manusia itu senang menimpakan kesalahan pada orang lain, padahal semua itu adalah ulahnya sendiri, seperti dinyatakan dalam firman-Nya:
                  Jika mereka berpaling maka Kami tidak mengutus kamu sebagai pengawas bagi mereka. Kewajibanmu tidak lain hanyalah menyampaikan (risalah). Sesungguhnya apabila Kami merasakan kepada manusia sesuatu rahmat dari Kami dia bergembira ria karena rahmat itu. Dan jika mereka ditimpa kesusahan disebabkan perbuatan tangan mereka sendiri (niscaya mereka ingkar) karena sesungguhnya manusia itu amat ingkar (kepada nikmat).
(QS. Asy Syuuraa (42): 48)

Kemudian seolah niatan jahat tersebut dihalalkan dengan dalih manusiawi untuk bertahan hidup, ketidak adilan Allah, kepercumaan dilahirkan dan lain sebagainya. Padahal ancaman Allah jelas–jelas tertulis dalam al Qur’an agar mereka tidak melakukannya:


Pada hari ini Kami tutup mulut mereka; dan berkatalah kepada Kami tangan mereka dan memberi kesaksianlah kaki mereka terhadap apa yang dahulu mereka usahakan.
(QS. Yaasiin (36): 65)

                    Dengan membaca ayat diatas, sekilas kita langsung tahu bahwa ancaman tersebut baru berlaku ketika kita sudah mati. Yaitu karena menurut penafsiran, ayat di atas memang menceritakan tentang kondisi manusia pada hari pembalasan.
                    Namun sesungguhnya melalui ayat yang diturunkan pada 1400 Tahun yang lalu, Allah telah memberikan fakta Sains yang tak dapat dipungkiri manusia hingga akhir masa nanti. Yaitu dalam ayat diatas, Allah mengancam manusia yang berniat jahat, bahwa kelak di Akhirat nanti Tangan dan Kakinya bisa menjadi saksi atas segala perbuatannya di dunia. Apabila hanya sekedar Syair, mengapa dalam ayat di atas tidak disebutkan bahwa mata, mulut, kepala ataupun otak manusia itu juga dapat berbicara? Bukankah seseorang tetap bisa melakukan kejahatan tanpa menggunakan tangan dan kaki? Tafsir ayat tersebut baru diketahui oleh Sains, yaitu dengan ditemukannya teknologi Sidik Jari. Dengan begitu Sains sama saja dengan membuktikan secara ilmiah bahwa Ancaman Allah pada ayat di atas adalah Nyata ada di dunia ini!
                   Pada Tahun 1883, sebelum teknologi sidik jari dipahami sepenuhnya sebagai carayang dapat diandalkan untuk megidentifikasi pelaku kriminal, seorang novelis kenamaan, Mark Twain sudah hampir menemukan sistem itu, yaitu ketika sidik ibu jari berhasil mengungkap seorang pembunuh dalam salah satu novelnya berjudul Life on the Misissippi. Dan dalam Pudd’nhead Wilson, sebuah novel Twain juga yang diterbitkan sepuluh tahun kemudian, sebuah pengadilan yang dramatis menyoroti identifikasi sidik jari yang tidak mungkin keliru.
                   Orang yang memberikan petunjuk kepada Twain mengkin adalah Sir Francis Galton (dan orang ini sendiri mungkin mendapat petunjuk dari al Qur’an), seorang ahli antropologi dari Inggris yang pertama kali menyatakan individualitas dan keabadian dari sidik jari pada Tahun 1880-an; hasil temuannya menyebabkan pendirian identifikasi sidik jari unit kriminal secara resmi di Inggris dan Wales. Suatu sistem klasifikasi dirancang oleh Edward Richard Henry, yang menjadi komisaris dari Polisi Metropolitan London, dan cara itu disebut sistem Henry, dengan modifikasi dan perluasan, yang digunakan oleh Federal Bureau of Investigation dewasa ini.
                  Divisi Identifikasi dari FBI dibentuk pada tahun 1924 dengan menggabungkan catatan dari National Bureau of Criminal Identification and Leavenworth Penitentiary. Tujuannya adalah mendirikan tempat penyimpanan nasional mengenai data identifikasi kriminal untuk kantor penegak hukum. Dewasa ini catatan telah diperluas untuk menyertakan orang asing, personil tentara, dan pegawai negeri. Pada tanggal 1 Oktober 1976, terdapat 165 juta kartu sidik jari dalam file, lebih dari 74 juta milik divisi kriminal.
Ribuan sidik jari yang berkaitan dengan penahanan dikirimkan setiap hari ke FBI. Masing-masing melewati proses antrean yang panjang dan rumit yang memberi tanggal sidik jari, membuat indeks silang, mengklasifikasi tipe sidik jari, dan sering membandingkan sidik jari dengan file yang sudah ada untuk memastikan sidik jari itu baru, bukan duplikat. (Enam puluh delapan persen orang yang diambil sidik jarinya karena ditahan, sidik jarinya sudah ada dalam file).
               Klasifikasi pendahuluan (menggunakan Sistem Henry) didasarkan pada keberadaan pola tertentu dari sidik jari, yang termasuk simpul, lengkungan, dan lingkaran; masing-masing tipe ini dibagi-bagi lebih lanjut. Nilai sewenang – wenang diberikan pada tampilan dari karakteristik tertentu dari setiap jari, dan tambahan dari nilai – nilai itu menghasilkan rumus yang terdiri dari kode huruf dan angka. Klasifikasi awal, ditulis di sudut kanan atas dari kartu, mengarahkan setiap sidik jari ke file yang tepat.
                 Karena banyaknya file sidik jari, potongan dari sidik jari rentan oleh perbuatan curang dalam perneriksaannya, misalnya, tidak dapat membawa pada penentuan pelaku kriminal. Namun, jika badan penegak hukum telah menyediakan daftar beberapa atau bahkan seratus orang yang dicurigai melalui Komputer, FBI dapat melihat filenya dan melakukan identifikasi dari bagian sidik jari yang besarnya tidak lebih besar dari ujung penghapus di ujung pensil.







Berbagai proses, termasuk dengan laser, dapat digunakan unink memeriksa sidik jari yang tersembunyi pada barang bukti yang berkaitan dengan kejahatan yang telah dilakukan. Perneriksaan perbuatan curang, misalnya, dapat disemprot dengan reagen yang disebut cairan ninhidrin untuk mengambangkan cetakan yang tersembunyi. Logam, kaca, dan kayu halus ditaburi bubuk yang melekat pada sisa minyak paling sedikit yang ditinggalkan oleh kulit. Setelah bagian itu difoto, teknisi "mengangkat" bubuk yang ditinggalkan dengan pita fleksibel tempat bubuk itu melekat. Pola itu kemudian disegel dengan ditutupi pita transparan, dan teknisi membandingkan sampel ini dengan sidik jari dari orang yang dicurigai.



Teknisi mendasarkan identifikasinya pada rincian karakteristik pola garis-garis (pada gambar diatas) dari sidik jari. Garis-garis sidik jari mempunyai arah dan bentuk yang khas. Paling umum adalah "ujung garis" dan "bercabang dua". "Titik" adalah karakteristik dasar yang lain; "garis pendek" dan "pulau" juga dikenali. Dengan bantuan dari alat pembesar, teknisi melakukan perbandingan didasarkan pada jumlah garis yang terletak antara rincian garis, peninggian linier, atau jarak dari rincian, dan arahnya, Terdapat berbagai pendapat mengenai berapa titik yang sama antara sidik jari yang tersembunyi dan diketahui harus ditemukan untuk melakukan identifikasi absolut, dan pengadilan tidak menetapkan. |umlah yang dapat diterima antara dua belas dan tujuh belas, dengan dua belas paling sering dikutip, sebagai hasil dari keyakinan yang diutarakan Edmond Lucard, ahli kriminologi Prancis, bahwa angka ini memadai.
Mengenali sidik jari mempunyai tujuan lain di samping melacak pelaku kriminal. Orang hilang dan korban amnesia yang kebingungan sering mencari bantuan kepada polisi untuk menemukan identitas dirinya. Walaupun FBI tidak akan membuka nama dan tempat spesifik, lembaga ini melaporkan, misalnya, bahwa di negara bagian sebelah barat daya, polisi menerima telepon dari seorang laki-laki yang berada di bilik lelepon umum. Dia mempunyai pistol dalam sarung yang tersandang di bahunya, dan dia tidak ingat siapa namanya atau dia berasal dari mana. Satu set sidik jarinya dikirimkan ke FBI, sidik jarinya dalam file Angkatan Laut Amerika Serikat, yang diambil di tempat lain bertahun–tahun sebelumnya, menjadi unsur untuk mengenali identitasnya.[1] Maka dari situ memang terbukti pepatah yang menyatakan bahwa sepandai–pandainya menyimpan bangkai pasti akan tercium juga, serapi–rapinya suatu kejahatan, pasti akan ditunjukkan oleh Allah, karena memang Ia-lah Yang Maha Mengetahui. Allah menunjukkan kejahatan manusia itu bukan lewat malaikat ataupun wahyu saja, akan tetapi juga melalui ditemukannya teknologi seperti Sidik Jari, Lie Detector ataupun Serum Kejujuran tersebut.


[1] Bagaimana Orang Melakukannya? Alih bahasa Dr. Alexander Sindoro. p.193